Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tampak depan Kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

10 Cara Efektif Menurunkan Berat Badan dalam Seminggu

Ada pesta harus dihadiri seminggu lagi, dan Anda merasa gaun kesayangan dipakai ke pesta nanti lebih sempurna...

Keperawatan Medikal Bedah

Bersama kita bisa......

Go Abroad....

Program pasca sarjana UMY yang istimewa muda mendunia...

The Great University

UMY is most popular in yogyakarta....

Askep Pasien INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

DEFINISI

Infeksi tractus urinarius adalah merupakan suatu keadaan dimana adanya suatu proses peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis), atau kandung kemih (Cystitis), dan urethra (uretritis)

Infeksi pada saluran kemih ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Infeksi saluran kemih bagian atas : Pyelonefriti

2. Infeksi saluran kemih bagian bawah : Cystitis, Uretritis.

FAKTOR RESIKO
Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah :
1. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.
Faktor-faktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria.
2. Abnormalitas Struktural dan Fungsional
Mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urine yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan tekanan hidrostatik.
Contoh : strikur,anomali ketidak sempurnaan hubungan uretero vesicalis
3. Obstruksi

Contoh : tumor, Hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenik

4. Gangguan inervasi kandung kemih

Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosis

5. Penyakit kronis
Contoh : Gout, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell.
6. Instrumentasi
Contoh : prosedur kateterisasi.
7. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya

ETIOLOGI

Organisme penyebab infeksi tractus urinarius yang paling sering ditemukan adalah Eschericia Coli, (80% kasus). E. Colli merupakan penghuni normal dari kolon. Organisme-organisme lain yang juga dapat menyebabkan infeksi saluran perkemihan adalah : Golongan Proteus, Klebsiela, Pseudomonas, enterokokus dan staphylokokus.


Baca Juga Artikel tentang PPNI

Askep Tumor Otak

Sobat ners semua,...setelah setahun lebih lamanya saya ga posting askep, rindu rasanya hati ini ingin berbagi dengan kawan semua.

Kali ini saya akan mencoba untuk memulai posting kembali dengan judul Asuhan Keperawatan Tumor Otak. Tulisan kali ini tidak akan saya lengkapi dengan link download seperti biasanya, akan tetapi askep akan saya posting langsung di masing-masing halaman.

Ok..langsung saja....

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK


Pendahuluan• Manusia hidup selalu membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kehidpanya. Kegagalan untuk memberikan oksigenasi secara adekuat ke otak dan organ vital lainnya dapat merupakan penyebab kematian tercepat pada penderita trauma atau non trauma.
• untuk mencegah hipoksia maka diperlukan jalan nafas yg bebas, pernafasan dan sirkulasi darah yang cukup untk membawa oksigen keseluruh tubuh.
• Airway menjadi prioritas utama menangani setiap pasien yg ditemui pada kasus gawat darurat.
• Perawatan terhadap kondisi kritis dan trauma pada pasien yang paling utama adalah mempertahankan jalan nafas hingga adekuat, karna sumbatan jalan nafas merupakan penyebab kematian tercepat.


EtiologiPenyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase berasal dari paru-paru dan payudara.

Patofisiologi
Tumor intracranial primer atau neoplasma adalah suatu peningkatan sel-sel intrinsik dari jaringan otak dan kelenjar pituitari dan pineal.

Tumor sekunder/metastase merupakan penyebab tumor intracranial, kebanyakan merupakan metastase dari tumor paru-paru dan payudara.

Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal dan penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.

Gejala-gejala dari tumor intra cranial akibat efk lokal dam umum dari tumor. Efek lokal berupa infiltrasi, invasi an pengrusakan jaringan otak pada bagian tertentu. Ada juga yang langsung menekan pada struktur saraf, menyebabkan degenerasi dan gangguan sirkulasi lokal.

Edema dapat berkembang dan terjadi peningkatan takanan intracranial (TIK). Peningkatan TIK akan dipindahkan melalui otak dan sistem ventrikel. Dapat juga terjadi sistem ventrikel ditekan dan diganti sehingga menyebabkan obstruksi sebagian vebtrikel. Papilledema akibat dari efek umum dari peningkatan TIK, kematian biasanya akibat dari kompressi otak tengah akibat herniasi.

Tipe Tumor Intracranial

1. Glioma terdiri dari :
• Glioblastoma multiforme
• Astrocytoma
• Ependymoma
• Medulloblastoma
• Oligodendrocytoma

2. Meningioma
3. Pituitary Adenoma
4. Neurinoma
5. Metastatic Carcinoma
6. Craniophryngioma, Dermoid, Epidermoid, Teratoma
7. Angiomas
8. Sarcomas
9. Unclassified (mostly gliomas)
10. Miscellaous (Pinealoma, Chordoma, Granuloma)


Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF)
• Sakit kepala
• Nausea atau muntah proyektil
• Pusing
• Perubahan mental
• Kejang

Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari otak)
1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia, kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia
3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan konstipasi.
6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.
7. Perubahan dalam seksual
8. Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat dilihat pada tabel di bawah ini


PengkajianData Subyektif1. Pemahaman pasien tentang penyakitnya
2. Perubahan dalam individu atau pertimbangan
3. Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)
4. Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)
5. Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)
6. Adanya sakit kepala
7. Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.

Data Obyektif1. Kekuatan pergerakan
2. Berjalan
3. Tingkat kewaspadaan dan kesadaran
4. Orientasi
5. Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi
6. Tanda-tanda vital
7. Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema
8. Adanya kejang
9. Ketidaknormalan berbicara
10. Ketidaknormalan saraf-saraf kranial
11. Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial

Diagnosa keperawatan
1. Kecemasan
2. Perubahan dalam rasa nyaman : nyeri
3. Gangguan komunikasi verbal
4. Bersedih Kurangnya pengetahuan
5. Gangguan mobilitas fisik
6. Perubahan persepsi sensorik : auditary, visual, kinestetik, gustatory, tactile.
7. Gangguan proses berpikir
8. Gangguan perfusi jaringan cerebral

Perencanaan dan pelaksanaan
Tujuan pasien yang diharapkan :
1. Pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari semaksimal mungkin
2. Pasien dapat menjelaskan terapi spesifik dan tujuan yang diharapkan.
3. Pasien dapat menjelaskan tanda-tanda dan gejala-gejala yang perlu dilaporkan kepada dokter.
4. Pasien dapat menjelaskan obat-obat yang didapat, meliputi : dosis, efek samping, efek yang diharapkan, cara pemberian dan waktunya.
5. Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan kulit dan hubungannya dengan radiasi.
6. Pasien dapat menjelaskan rencana untuk perawatan tindak lanjut.
7. Pasien dapat menjelaskan dan memperlihatkan latihan yang telah ditetapkan.
8. Pasien dapat menjelaskan tentang bagaimana mendapat dukungan masyarakat.
9. Pasien dapat menjelaskan tentang perawatan pre operasi dan pasca operasi.
10. Pasien dapat mengungkapkan ketakutan-ketakutan mengenai hubungannya dengan diagnosa.

Pelaksanaannya
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
• Pembedahan
• Radioterapi
• Chemoterapi

Pemilihan terapi ditentukan dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.
Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.

Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial adalah :
a) Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b) Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-perasaan takut yang dialami.
c) Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d) Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
e) Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi :
• Baluatan kepala
• Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka
• Menurunnya status mental sementara

Perawatan post operasi, meliputi :a) Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b) Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c) Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc / hari.
d) Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e) Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
f) Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g) Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h) Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
i) Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya : antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j) Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.


Hydrocephalus
Biasanya suatu kateter diletakan pada suatu ventrikel dari otak untuk mengalirkan cairan spinal yang berlebihan dan untuk mencegah hydrocephalus dan penigkatan TIK.

Hydrocephalus dapat juga terjadi secara permanen pada tumor intracranial dan biasanya dimanifestasikan dengan gejala-gejala peningkatan TIK. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan “Shunting”

Ada beberapa tipe dari prosedur shunnting, hal ini dapat dinamakan menurut asal dan akhir pada shunt tersebut dipasang. Diantaranya adalah :
• Cyst - peritoneal
• Lumbar - Peritoneal
• Ventrikuler - Jugular
• Ventrikuler - Peritoneal

Perawatan post opeasi pada pasien dengan shunt adalah :

Monitoring
• Mengkaji status neurologis sesering mungkin untuk beberpa penurunan dalam status mental.
• Observasi adanya gejala-gejala subdural hematoma, yang merupakan salah satu efek sampaing pembedahan.
• Monitor gejala-gejala aliran yang berlebihan, sebagaimana dirasakan dengan sakit kepala, khususnya pada saat pasien duduk lebih tinggi atau berdiri.
• Mengkaji derajat dan karakter dari drainage.

Mempertahankan status gastrointestinal
• Mengecek sesering mungkin untuk tanda-tanda dari paralisis ileus, karena manipulasi usus besar dapat terjadi akibat diletakkan shunt pada bagian peritoneal.
• Pasien dipuasakan untuk hari pertama dan kemudian dpaat diberikan air putih secara bertahap.
• Pemberian makanan dapat dimulai segera setelah bising usus ada, dimana pasien mulai makan cair.

Pertahankan rasa nyaman
• Memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri
• Memperhatikan agar tidak tertekan daerah insisi.

Meningkatkan pergerakan
• Pergantian posisi dapat dilakukan.
• Meningkatkan bagian kepala temapat tidur secara perlahan-lahan pada saat mobilisasi
• Pasien dapat dianjurkan untuk ambulasi segera setelah penurunan tekanan intracranial.


Komplikasi post operasi
1. Edema cerebral
2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
3. Hypovolemik syok
4. Hydrocephalus
5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
6. Infeksi luka operasi.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

• Ignatavicius D Donna, Medical Surgical Nursing, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991
• Long C. Barbara, Essential of Medical Surgical Nursing, CV. Mosby Company, St. Louis, 1985
• Vogt Gordon. Manual of Neurological Care, CV. Mosby Company, St Louis, 1985