Sudah tahukah anda kalau latihan renang ternyata olahraga yang sangat dianjurkan untuk penderita asma ? Mungkin selama ini asumsi kita bahwa penderita asma dianjurkan sedikit mungkin melakukan olahraga karena khawatir kekambuhan dan keparahan penyakitnya. Tapi penelitian terbaru menyatakan bahwa latihan renang dianjurkan untuk penderita asma.
Dahulu saya punya teman yang menderita penyakit asma. Kebetulan dia teman satu kamar saya di asrama saat kuliah, jadi saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana menderitanya dia saat penyakit asmanya kambuh. Waktu itu pernah jam 12 malam dia menderita sesak nafas, dia hanya bisa duduk di kursi , sambil berusaha menyeimbangkan nafasnya. Sangat menderita sekali saat dia menarik nafas dan mengeluarkan nafasnya. Dengan sangat panik, kami kemudian menelepon orangtuanya. Jam 12 siang orang tuanya baru datang, dan dia segera dibawa ke dokter. Dia punya dokter keluarga sendiri, yang katanya dokter lain tidak akan bisa meredakan sakitnya kecuali dokter keluarganya itu. Entahlah, mungkin dia punya sugesti dengan dokternya karena dokter itu yang merawatnya sejak kecil. Selanjutya beberapa kali teman saya itu masih juga kambuh. Pokok asma sudah menjadi teman sehari-harinya. Walaupun demikian teman saya merupakan pejuang sejati, katanya waktu kecil dia pernah divonis meninggal di usia remaja, ternyata dia tetap bisa survive, sampai sekarang bisa menjadi ibu dengan 2 anak kembarnya. Tapi yang saya tahu dia memang tidak begitu berani melakukan olahraga, mungkin takut hal itu akan memicu kekambuhan penyakit.
Penelitian tentang pengaruh latihan renang dan senam asma terhadap Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) dan Kadar Hormon Kortisol pada Penderita Asma, disampaikan oleh Rahmaya Nova Handayani pada Seminar Nasional FKIK Unsoed Maret 2012 kemarin. Kebetulan hari ini saya membuka-buka Proceeding yang saya punya, dan menemukan artikel penelitiannya yang menarik bagi saya.
Penelitiannya merupakan penelitian quasi eksperimen. Subyek penelitian terdiri dari 20 orang penderita asma yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang diberi latihan renang 20-30 menit dan yang diberi latihan senam 30-45 menit selama 3 kali seminggu dengan total latihan 12 minggu.
Hasilnya menunjukan bahwa kedua latihan tersebut terdapat peningkatan nilai FEV1 dan hormon kortisol , tapi yang peningkatannnya lebih tinggi adalah latihan renang.
Nilai FEV1 menunjukkan jumlah udara yang dikeluarkan secepat-cepatnya pada satu detk pertama sesudah mengambil nafas daam-dalam. Pada penyakit obstruksi (gangguan) pernafasan, volume yang dikeluarkan akan lebih lembat. Sedangkan hormon kortisol berfungsi untuk mengurangi hiperresponsifitas saluran nafas.
Dikatakan bahwa latihan renang lebih banyak membutuhkan energi dibanding latihan lain (lari atau berjalan) karena latihan renang lebih menekankan pada gerakan kaki dan lengan sehingga fungsi paru-paru dan otot pernafasan lebih baik. Latihan fisik yang dilakukan teratur akan menyebabkan peningkatan kapasitas mitokondria pada otot saluran pernafasan, dengan demikian nafas akan lebih mudah dikeluarkan.
Dianjurkan untuk penderita asma untuk selalu melakukan latihan secara rutin dengan memperhatikan frekuensi, intensitas, tipe dan waktu pelaksanaan latihan. Adapun bagi penderita asma yang tidak bisa berenang dapat melakukan latihan senam asma dengan waktu yang lebih lama.
Sumber :
Handayani, RN. Pengaruh Latihan Renang dan Senam Asma terhadap Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) dan Kadar Hormon Kortisol pada Penderita Asma. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed. Purwokerto 31 Maret 2012 ISBN: 978-602-98319-1-6
Ingin baca artikel menarik lainnya lihat di Daftar Isi ARTIKEL GIZI DAN KESEHATAN
ARTIKEL GIZI DAN KESEHATAN : http://artikelgizikesehatan.blogspot.com/2012/04/latihan-renang-ternyata-olahraga-yang.html