Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tampak depan Kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

10 Cara Efektif Menurunkan Berat Badan dalam Seminggu

Ada pesta harus dihadiri seminggu lagi, dan Anda merasa gaun kesayangan dipakai ke pesta nanti lebih sempurna...

Keperawatan Medikal Bedah

Bersama kita bisa......

Go Abroad....

Program pasca sarjana UMY yang istimewa muda mendunia...

The Great University

UMY is most popular in yogyakarta....

Showing posts with label Nyeri. Show all posts
Showing posts with label Nyeri. Show all posts

NYERI PAHA BELAKANG

HAMSTRING INJURY







Hamstring/otot paha belakang adalah kumpulan dari empat otot yang membentang panjang dari bagian pinggul sampai belakang lutut. Otot itu adalah m.semitendinosus, m.semimembranosus, m.bicep femoris (serabut panjang) dan m. bicep femoris (serabut pendek). Fungsi utama dari otot ini untuk sendi lutut adalah menekuk lutut. Cedera ini biasanya terjadi pada aktivitas olahraga yang membutuhkan kecepatan tinggi dan aktivitas menendang, misalnya sepakbola,martial art dan lari. Karakteristik dari nyeri ini adalah tiba-tiba terjadi dan langsung timbul nyeri, selain itu nyeri juga timbul pada saat mau meluruskan lutut (nyeri dikisaran 30-40 derajad). Rasa nyeripun berbeda-beda berdasarkan derajad cedera yang terjadi (mild : 1, moderate : 2, severe : 3).





Penyebab Hamstring Injury


Penyebab dari cedera ini sangat bermacam-macam tetapi dari analisa yang ada dapat kita ketahui sebagai berikut :


1. Elastisitas otot hamstring yang jelek


2. Menurunnya kekeuatan otot hamstring


3. Ketidakseimbangan otot paha depan (quadricep's) dan paha belakang (hamstring)


4. Ketidakseimbangan otot pantat (gluteal) dan grup otot perut bawah 


5. Penggunaan otot paha belakang yang berlebihan


6. Kelelahan otot paha belakang


7. Pemanasan otot yang kurang


8. Pernah cedera otot paha belakang sebelumnya





Fisioterapi


dalam penanganan cedera akut otot paha belakang, fisioterapi dapat melakukan hal dibawah ini :


1. Pengapilkasian RICE (Rest, Ice, Compresion dan Elevation)


2. Asesment dan Evaluasi



3. Edukasi pasien tentang apa yang diperbolehkan dan yang dilarang berdasarkan tipe cedera.













FISIOTERAPI All In One : http://feedproxy.google.com/~r/FisioterapiAllInOne/~3/HtDZCR13umo/nyeri-paha-belakang.html

PAHA DEPAN YANG NYERI

QUADRICEPS MUSCLE STRAIN













Quadriceps adalah kumpulan dari empat otot besar yang terletak dipaha depan dan berfungsi untuk meluruskan lutut dan menekuk hip (panggul). Otot quadriceps terditi dari m.vastus medialis, m.vastus lateralis, m.vastus intermedius dan m.rectus femoris. Otot quadriceps ini sangat berguna untuk menstabilkan sendi lutut terutama dalam aktivitas sehari-hari. Cedera dapat terjadi pada semua otot quadriceps tetapi m.rectus femoris adalah otot yang sering mengalami cedera selama beraktivitas/ olahraga. Cedera pada otot quadriceps dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu (mild : 1, moderate : 2, severe : 3). Pengetahuan tentang derajad cedera ini sangat penting untuk fisioterapi karena sebagai acuan treatment yang akan diberikan pada pasien. Sehingga treatment lebih efektif dan efisien.





Tanda dan Gejala


Untuk tanda dan gejala pada cedera ini sangat tergantung dari derajad cedera yang dialami misalkan untu derajad 1 pasien hanya merasakan nyeri tetapi tdk mengganggu aktivitas sehari-hari,pembengkakan yang nyaris tidak ada dan lain-lainya..(untuk lengkapnya anda bisa baca dipostingan saya sebelumnya).


Yang paling penting disini adalah Fisioterapi mampu melihat tanda dan gejala yang ada sebagai dasar treatment yang akan diberikan pada pasien.










Fisioterapi


Peran fisioterapi dalam hal ini sangat dibutuhkan terutama dalam hal :


1. Menentukan derajad cedera dari tanda dan gejala yang timbul pada pasien 


2. Mengurangi nyeri sebagai efek strain m. quadriceps (TENS & Interferensi)


3. Mengaplikasikan RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation)


4. Mengedukasi pasien tentang penggunaan kruk/cruches/alat bantu bila dibutuhkan.








FISIOTERAPI All In One : http://feedproxy.google.com/~r/FisioterapiAllInOne/~3/7-Pz40ElQvA/paha-depan-yang-nyeri.html

NYERI PADA LIGAMENT LUTUT



ACL TEAR/ACL INJURY






Apa Itu ACL?


ACL (Anterior Crusiatum Ligament) adalah salah satu ligament pada sendi lutut yang sering bermasalah pada para pemain olahraga yang  menggunakan kaki sebagai tumpuan utama dalam permainannya, contohnya sepak bola,basket, taekwondo dan lain-lain. ACL bersama dengan tiga ligament lainnya sangat berperan dalam menstabilkan sendi lutut, ketiga ligament itu adalah PCL (Posterior Crusiatum Ligament), MCL (Medial Colateral Ligament) dan LCL (Lateral Colateral Ligament). Fungsi khusus dari ligament ACL adalah mencegah tibia/tulang kering bergerak kedepan disaat berjalan. ACL tear sering terjadi pada penggunaan sendi lutut yang terlalu berlebihan yang menyebabkan sendi lutut terpelintir sementar kaki berada ditanah pada posisi mendarat.





Tanda ACL Tear:


1. Pada waktu cedera anda seperti mendengar suara "teg/kreg" pada sendi lutut


2. Pada cedera akut ACL akan terjadi nyeri hebat dan diikuti pembengkakan


3. Anda akan kesulitan dalam meluruskan dan menekuk lutut,seperti ada tahanan pada sendi anda


4. Pada pemeriksaan anterior drawer test dan lachman test hasilnya positif (Fisioterapi atau dokter)





Tindakan:


1. Hentikan permainan saat itu juga


2. Lakukan Rice (Rest/istirahat, Ice/kompres dengan es selama 15 ment, Compression/balut dengan bandage, Elevation/posisikan kaki lebih tinggi dari jantung anda.


3 Hubungi dokter segera.





Fisioterapi :


1. Assesment lebih lanjut tentang ACL


2. Aplikasi modality (TENS or interferensial) untuk menurunkan nyeri


3.Mengajarkan Static contraction pada sendi lutut.





Untuk memastikan berapa besar atau persentase kerusakan ligament pasien dianjurkan untuk melakukan MRI scan, dan konsultasikan hasil scan tersebut dengan dokter othopedic sehingga keputusan untuk operasi atau tidak operasi pada ligament anda jelas.



FISIOTERAPI All In One : http://feedproxy.google.com/~r/FisioterapiAllInOne/~3/Gnr-3t43Sgo/nyeri-pada-ligament-lutut.html

NYERI PADA IBU JARI



DE QUERVAIN'S SYNDROME
oleh : Jowir
Fisioterapis anda
Gambaran Umum :
de Quervain syndrome (juga dikenal sebagai washerwoman's sprain, Radial styloid tenosynovitis, de Quervain disease, de Quervain's tenosynovitis, de Quervain's stenosing tenosynovitis or mother's wrist), adalah sebuah peradangan dari tendon-tendon otot exstensor policis brevis serta otot abductor policis longus yang keduanya bersama – sama masuk dalam satu selubung tendon.
Patologi :
Otot exstensor pollicis brevis dan abductor pollicis longus merupakan dua otot yang bekerja secara berdampingan dan hampir mempunyai fungsi yang relatif sama yaitu menggerakkan ibujari menjauh dari tangan atau disebut sebagai radial abduction. de Quervain syndrome pada umumnya dikenal sebagai kondisi peradangan atau tedosynovitis, tetapi evaluasi histologi khusus menunjukkan tidak adanya peradangan yang terlihat dan yang lebih nampak adalah adanya proses degenerasi myxoid yang konsisten dengan proses degenerasi yang kronik. dan patologi kasus ini sering teridentifikasi pada seorang wanita yang baru saja menjadi ibu. de Quervain syndrome umumnya terjadi pada wanita, karena rata-rata wanita mempunyai prosesus styloideum yang lebih besar daripaa laki-laki
Penyebab :
Penyebab dari de Quervain syndrome adalah idiopatik atau tidak diketahui tetapi penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse (terutama pada ibu jari) sering memunculkan kasus ini.

Gejala :
Gejala yang sering muncul adalah nyeri, tenderness, bengkak pada ibujari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam.
Diagnosis untuk menegakkkan apakah ini adalah de Quervain syndrome adalah dengan menggunakan finkelstein's test. Tes ini dilakukan dengan cara pasien mengepalkan tangannya dimana ibujari diliputi oleh jari-jari lainnyas elanjutnya dilakukan deviasi ulner plus ekstension. Hasilnya positif jika pasien merasakan nyeri hebat sehingga menolak untuk melanjutkan gerakan tersebut.
Fisioterapi
Peran fisioterapi dalam kasus ini adalah memberikan splint atau pembidaian, tujuan adalah mengistirahatkan sendi dan mengurangi gerakan yang memunculkan nyeri terutama ketika melakukan aktivitas yang melibatkan tangan terutama ibu jari.. Pengaplikasian paraffin-bath atau hot pack membantu mengurangi nyeri yang terjadi, karena dengan efek termal yang terjadi membantu meningkatkan proses vaskularisasi darah pada sendi. Kombinasi dengan ultrasound terkadang memberikan efek yang bermakna bagi pasien ( baca artikel tentang ultrasound di modalitas fisioterapi).


FISIOTERAPI All In One : http://feedproxy.google.com/~r/FisioterapiAllInOne/~3/Ei2V_1hjH0Y/de-quervains-syndrome-oleh-jowir.html

PENYEBAB NYERI PUNGGUNG BAWAH


Hyperlordosis / Lordosis.
Dari Jowir (fisioterapis anda)


Apakah Lordosis atau Hyperlordosis itu?
Lordosis adalah berlebihannya kurva lumbal pada tulang belakang atau bisa dikatakan melengkungnya kurva punggung bawah kedalam yang melebihi batas normalnya. Tulang belakang memerlukan kurva yang normal untuk melakukan aktivitasnya secara benar. Lordosis ini dikaitkan dengan bentuk dari tulang belakang seseorang bila kurva menjadi besar dan menekan bagian yang lain dari tulang belakang maka nyeri akan timbul.

Penyebab Lordosis:
Beberapa otot disekitar hip dan tulang punggung menjadi tegang dan terkadang menjadi lemah karena tidak adanya keseimbangan/imbalance, dan ini sering dikenal sebagai lower crossed syndrome (dikaitkan dengan posisi dari otot yang menegang dan otot yang melemah yang berseberangan)

Dibawah ini otot-otot yang selalu menegang :
1. Trunk extensors (erector spinae and quadratus lumborum).
2. Hip flexors, yang paling utama adalah otot iliopsoas
Otot-otot yang menegang diatas memerlukan penguluran atau stretching, untuk itu konfirmasikan ke fisioterapi atau dokter anda.

Dibawah ini kelompok otot yang lemah dan selalu tertarik:
1. Otot-otot perut (rectus abdominus, internal oblique and external oblique)
2. Hip extensors (hamstrings and gluteus maximus).
Otot-otot diatas memerlukan penguatan atau strengtening untuk itu konsultasikan ke fisioterapi atau personal trainer anda.

FISIOTERAPI All In One : http://feedproxy.google.com/~r/FisioterapiAllInOne/~3/nYdhd3g52Ak/penyebab-nyeri-punggung-bawah.html

Elektrotherapy pada Nyeri Bahu

 Nyeri bahu sering dialami masyarakat. Sayang, gangguan sendi bahu ini kerap diremehkan dan dianggap sepele. Paling-paling karena terlalu lelah atau kurang bergerak. Begitu biasanya kita berpikir. Padahal, bila tidak segera diatasi, kualitas hidup penderita bakal terganggu.

Penyakit ini dapat bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya, dapat pula didahului adanya trauma atau terkait penyakit diabetes mellitus, tiroid, dan tidak bergerak dalam waktu lama.

Kekakuan atau nyeri bahu ini ditandai oleh hilangnya kemampuan gerak bahu aktif dan pasif secara bertahap. Kelainan ini berkembang pada usia 40-70 tahun, dan lebih mudah terjadi pada perempuan.


Proses perjalanan penyakit ini meliputi penebalan dan kontraktur kapsul sendi yang terjadi melalui beberapa tahap yang bisa berlangsung bertahun-tahun. Kelainan ini merupakan penyebab nyeri bahu yang paling umum, dan menyerang 2-5 persen dari populasi. Sekitar 90 persen dari kasus kekakuan sendi itu bisa sembuh dengan sendirinya meski butuh waktu bertahun-tahun.

Sindroma nyeri bahu sangat komplek jika ditinjau dari penyebab dan spesifikasi jaringan yang umum apabila struktur jaringan tubuh (muskuloskeletal) mengalami lesi, hampir selalu diikuti dengan kerusakan jaringan. Kerusakan suatu jaringan akan berakibat perangsangan terhadap reseptor nyeri (nociceptor) sebagai “defence mechanism”yang berlanjut menjadi proses peradangan. Namun pada kondisi/lesi tertentu peradangan sangat mengganggu aktivitas fungsional walaupun pada peradangan fisiologis proses peradangan diikuti proses penyembuhan (repair).

Pada kondisi tertentu peradangan dapat menjadi patologis atau kronis sehingga perlu penanganan yang tepat. Sehingga pada kondisi cedera olah raga akan selalu muncul beberapa gejala berupa:
  • nyeri
  • pembengkakan
  • kerusakan jaringan kolagen dan jaringan lunak
  • gangguan stabilitas sendi karena kerusakan struktur stabilitator
  • bahkan gangguan koordinasi karena penurunan fungsi reaksi arthrokinetik
  • gangguan fungsi

Berikut ini beberapa faktor yang perlu diketahui sebagai penyebab rasa nyeri pada sistem muskuloskeletal menurut “physiological mechanisms”
  1. Nociceptor mechanism
  2. Nerve or root compression (neuropathic)
  3. Trauma (deafferentation pain)
  4. Inappropriate function in the control of muscle contraction
  5. Psychosomatis mechanism
Sering kita lihat, penyebab dan gejala klinis sakit pada otot-otot dan tulang adalah campuran dan beberapa faktor tersebut merupakan akibat dari nociceptor pain pada sendi-sendi tulang belakang. Juga neuropathic pain dari diskuis hernatus dan reaksi sakit akibat hipertonus reflex dari otot- otot tulang belakang. Dalam hal ini kemungkinan juga ada faktor psychosomatis.

Muscle Spasme and Pain

Classification of pain according to pathogenetic mechanisms
  • Nociceptor pain: Specialized sensory nerve endings excited by pathophysiological processes
    • e.g. inflamed joint
  • Neuropathic pain: Afferent nerve fibres become directly responsive to stimuli after damage by compression or biomechanical disorders 
    • e.g. herniated disk diabetic polyneurophaty
  • Deafferentation pain: Neurons in central nervous sistem become hyperexcitable after loss of output,
    • e.g. root avulsion, nerve transection.
  • Reactive pain: Nociceptor excitation by dysfunctional motor or symphatetic efferent or reflex mechanisms, 
    • e.g. muscular hypertonus sympathetic algodystrophy
  • Psychosomatis pain: Psychic and psychosocial problems aggravate existing pain or are expressed in the language of pain
Physiological mechanism of pain in the musculo-skeletal system

Nociceptor


Sensory element yang dapat mengirim sinyal ke CNS akan hal-hal yang berpotensi membahayakan. Sangat banyak terdapat pada tubuh kita serabut-serabut afferent-nya terdiri dari:
  • A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan myelin yang tipis
  • C fibres, serabut saraf tanpa selaput myelin
Tidak semua serabut-serabut tersebut berfungsi sebagal nociceptors, ada juga yang bereaksi terhadap rangsangan panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nociceptor serabut-serabut sensory besar, seperti A Alpha, A Beta atau Group I, II. Serabut-serabut sensory besar ini berfungsi pada “proprioception” dan “motor control”.

Nociceptors (specialised sensory receptors that respond to pain) can cause chronic pain if they are damaged. (A) In the normal state, if a nociceptor is activated by a noxious stimulus, the nerve cell transmits the information via the sensory system to create a painful sensation in the brain. (B) If the nociceptor is damaged, it can start firing randomly and activate other nerves that eventually cause phantom pain. (C) If the nociceptor was an inhibitory nerve, its inactivation through damage could activate other nerves in the sensory network that eventually cause phantom pain.
Nociceptor sangat peka terhadap rangsangan kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita terdapat “algesic chemical substance” seperti Bradykinine, Potassium ion, Serotonin, Prostaglandin dan lain-lain.

Substance P, suatu Neuropeptide yang dilepas dari ujung-ujung saraf tepi nociceptive tipe C, mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi lokal, ekstravasasi plasma. Fenomena ini disebut sebagal “neurogenic inflammation” yang pada keadaan lanjut menghasilkan noxius/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit.

Disregulasi sistem motorik yang menyebabkan rasa sakit. Kita ketahui hipertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang terlibat adalah misalnya pada bahu rotaor cuff otot stabilisator bisep brachialis, elevator scapula, thermocleido mastoideus.

Nociceptive stimulus diterima oleh serabut-serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat “spinal motor reflexes”. Nociceptive stimulus ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit, visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflex itu sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita, misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisma.

Disamping fungsi tersebut kita juga sadari bahwa kontraksi otot-otot tadi dapat meningkatkan rasa sakit, melalui stimulasi nociceptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan kuat nociceptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflex aktivitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakitnya, sehingga menimbulkan keadaan “vicious circle” kondisi in akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia lokal, sebagai akibat dari kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai, akibat dari disregulasi sistem simpatik.

Pada situasi ini, modulasi nyeri berada pada tingkat reseptor yang ditandai dengan gejala nyeri yang hebat, radang, dengan aktivitas tinggi atau rendah. Nyeri berdasarkan pada regio lesi misalnya disekitar sendi glenohumeral bagian anterior. Pada situasi berikutnya nyeri dapat bersifat menyebar apabila aktivasi fungsi sympatis tidak terkontrol atau disebut neurovegetative disbalance seperti terdapat pada gambar.

Physiological mechanisma of pain in the musculo-skeletal system

Input serabut afferent dari organ visceral, kulit, sendi, tendon, otot-otot atau impulse dari otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan (excitability) dari Alpha dan Gamma motor neuron yang berakibat kontraksi otot (muscle stiffnes) misalnya meningkatkan input nociceptive dari intratorakal akan meningkatkan tonus otot dari otot yang mendapat inervasi somatis thorakal misalnya: intercostalis, serratus anterior dan otot yang melintasi struktur segemen C5 dan C6.

Disamping itu input nociceptive dari sendi kapsul dapat meningkatkan “reflex excitability” dari beberapa otot antagonis yang bersangkutan dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut disebut juga sebagai neurogenic block. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan emosi dapat mengakibatkan “descending excitatory pathway”, sehingga merangsang peningkatan reflex dari otot-otot postural regio servical. Pada situasi ini aktivasi nociceptor bersifat spinal menuju supraspinal yang akan menunjukkan nyeri rujukan pada sistem somatis maupun sympatis perifer.

Secara somatis neurofisiologis sendi bahu mendapat inervasi somatis dari segmen cervical 5, 6 (C5 dan C6). Segemen ini juga memberikan distribusi inervasi ke struktur otot, sendi dan kulit (lihat skema preganglioner neuron segmental C5, C6 dan segmen Th4, Th5, Th6).

Neurofysiologis menunjukkan bahwa segmen C5 dan C6 tidak mempunyai sistem simpatis yang menginervasi pembuluh darah pada struktur yang disarafi secara somatis. Untuk memenuhi kebutuhan suplai vaskuler maka semua struktur inervasi somatis dari C5 dan C6 mendapat cabang persarafan dari sympatis perifer yang berasal dari segmen thorakal 5, 6 (Th5, Th6).

Thorakal 5, 6 juga harus bertanggung jawab terhadap persarafan somatis dari struktur : otot, kulit, sendi dan persarafan organ intratorakal dan intraabdominal yaitu : jantung, paru, gaster, osophagus dan hati.

Secara sederhana dapat dipahami bahwa aktivasi nociceptor sendi bahu dapat di rujuk ke sistem somatis akan menghasilkan nyeri rujukan pada struktur otot, sendi, kulit yang mendapat inervasi segmen somatis C5, C6, misalnya nyeri bahu dapat menimbulkan keluhan nyeri yang hebat pada otot rhomboideus dan otot rotator cuff.

Pada keadaan ini maka spasme otot juga dapat menyebar ke regio lain baik pada struktur otot, sendi maupun kulit sehingga nyeri bersifat menyebar. (Lihat gambar di bawah ini). Intervensi fisioterapis secara sederhana sebaiknya memberikan modulasi nyeri level spinal dengan TENS.

Pada keadaan lanjut rujukan nyeri dapat mencapai segmen thorakal. Segmen thorakal bertanggung jawab terhadap persarafan somatis pada regio somatis thorakal itu sendiri dan bertanggung jawab terhadap symnpatis perifer dari struktur inervasi somatis C5, C6 maupun sympatis asli organ intrathorakal dan intra abdominal. Dengan istilah lain sumber nyeri dari sindroma nyeri bahu dapat berasal dari segementasi perifer somatis, sympatis perifer dan sympatis asli.

Dari gambaran klinis sering dijumpai nyeri bahu (syndroma nyeri bahu) sering dijumpai bahwa terjadi ada entrapment dari segemen C5 dan C6 atau terjadinya entrapment pada thoracal 4 yang sering disebut sebagai sindroma Th4. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa organ thorakal dirasakan nyeri bahu misalnya infare myocord akut atau angina pectoralis. Di sisi lain nyeri lambung kronis (gastritis kronis) juga sering memberikan keluhan nyeri pada regio thoracal scapula yang ditandai dengan spasme yang sangat kuat.

Berdasarkan uraian singkat mengenai gambaran nyeri bahu secara neurofisiologi dan secara klinis maka dapat dipahami secara sederhana tentang teori nyeri sebagai berikut :

Teori Nyeri
Ada 3 teori yang berusaha menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan terasa, yaitu :
  • Teori spesifik
Teori yang mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut A delta dan serabut C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Tori ini tidak mengemukakan komponen psikologis.
  • Teori pola (pattern)
Teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus timbul pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa sentuhan.
  • Teori kontrol gerbang (gate control)
Melzak dan Wall tahun 1965 mengemukakan teori kontrol gerbang yang banyak diterima banyak ahli. Teori ini berkembang dari segi mekanisme neurofisiologi yang menyangkut pengontrolan nyeri dari perifer maupun sentral. Konsep dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola ditambah dengan interaksi antara afferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda di medulla spinalis (subtansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem modulasi descenden (dari pusat ke perifer).
Menurut teori ini, afferen terdiri dari dua kelompok serabut, yaitu kelompok yang berdiameter besar (A-beta) dan serabut berdiameter kecil (A-delta dan C). Kedua kelompok afferen ini berinteraksi dengan substansia gelatinosa ini berfungsi sebagai modulator (gerbang kontrol) terhadap A-bera, A-delta dan C.
Apabila subsatansia gelatinosa (SG) aktif, gerbang akan menutup. Sebaliknya apabila SG menurun aktivitasnya, gerbang membuka. Aktif dan tidaknya SG tergantung pada kelompok afferen mana yang terangsang.
Apabila serabut berdiameter besar terangsang, SG menjadi aktif dan gerbang menutup. Ini berarti bahwa rangsang yang menuju pusat melalui transitting cell (T-cell) terhenti atau menurun. Serabut A-beta adalah penghantar rangsang non-nociceptive (bukan nyeri) misalnya sentuhan, proprioceptive.
Apabila kelompok berdiameter kecil (A-delta, C) terangsang, SG akan menurun aktivitasnya sehingga gerabang membuka. A-delta dan C adalah serabut pembawa rangsang nociceptive, sehingga kalau serabut ini terangsang, gerbang akan membuka dan rangsang nyeri akan diteruskan ke pusat.

Modulasi Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang mendorong seseorang mencari pertolongan pelayanan kesehatan termasuk fisioterapis. Untuk itu, fisioterapis perlu memahami mekanisme bagaimana nyeri tersebut dihilangkan atau dikurangi, dengan kata lain bagaimana memodulasi nyeri.
Ada beberapa tingkat dalam susunan aferen dimana nyeri dapat dimodulasi.
a. Pada reseptor

Pada tingkat ini, sasaran modulasi pada reseptor di perifer. Modulasi diperoleh dengan :
  • Menurunkan eksitabilitas reseptor (misalnya dengan pendinginan)
  • Menghilangkan faktor perangsang reseptor, misalnya dengan memperlancar proses pembuangan melalui peredaran darah.
  • Menurunkan tingkat aktivitas gamma-neuron, misalnya dengan pemanasan
b. Tingkat spinal
Pada tingkat ini, sasaran modulasi pada subtansia gelatinosa dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri. Berdasarkan tori kontrol gerbang oleh Melzak dan Wall, maka untuk dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri, SG harus diaktifkan sehingga gerbagn menutup. Untuk dapat menutup gerbang tersebut, perlu ada stimulasi terhadap serabut berdiameter besar (A-beta) dengan rangsang non-reciceptive, misalnya dengan:
  • TENS
  • Manipulasi yang lembut
c. Tingkat supraspinal

Pada tingkat ini kontrol nyeri yang dilakukan oleh peri aquaductal gray matter (PAG) di mid brain. PAG mengirim stimulus ke nucleus raphe magnus (NRM) yang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC). NRM akan menghambat afferen A-delta. Selain itu NRM juga juga memacu timbulnya serotonin. PAG memodulasi nyeri melalui produksi endorphin di PHC dengan perantaraan NRM. Melalui locus ceruleus (LC) dan medial lateral pada brachial nucleus. PAG juga memodulasi nyeri dengan enkephalin di PHC. Mayer dan Price menemukan bahwa Low frequency high voltage TENS menghasilkan endorphin (endogenous morphine like substance, identik dengan opium). Dengan uraian tersebut, maka modulasi nyeri pada tingkat supraspinal ada 2 kemungkinan mekanisme yang terlibat, yaitu jalur endorphine dan jalur serotonin.

d. Tingkat sentral
 
Pada tingkat sentral ini, komponen kognitif dan psikologik berperan di dalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seseorang terhadap nyeri dan emosi yang mengendalikan seseorang tentara yang sedang berperang tidak nerasakan nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri meliputi dua aspek yaitu aspek sensoris dan psikologis. Dengan demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri.

Konsep tempat “pain dumping” dengan elektro terapi

Strategi, terapi tentu berdasarkan pengenalan akan patogenesis dari rasa sakit tadi, misalnya apabila rasa sakit akibat inflammasi atau trauma, maka pemberian terapi dengan tujuan mengurangi inflammasi dan mengurangi nyeri bisa dikatakan sangat tepat, misalnya degan TENS, Interferensi dan SWD pulsa.

Tetapi tentu kita juga akan mengurangi hipertonus otot-otot di lokasi tersebut. Pengobatan untuk megurangi rangsangan (excitation) pada interneuronal pool atau pada motor neuron itu sendiri akan menurunkan aktivitas dari motor neuron tersebut sehingga ketegangan otot (muscle tension) juga ikut mengendor.

Metode terapi ini akan lebih tepat menggunakan stimulasi listrik dengan arus listrik frekuensi menengan atau frekuensi. tinggi, misalnya interferensi, SWD dan sebagainya.
Cara untuk menurunkan rangsangan ini dapat diperoleh dengan:
  1. Meghambat impulse serabut afferent pembawa nyeri (nociceptive) atau serabut afferent tipe III b / IV (A delta. dan C) melalui serabut afferent tipe II/III a. Metode ini dapat dilakukan dengan, menggunakan arus interferensi atau diadinamik dengan teknik aplikasi lokal, regional, segmental ataupun trigger point. (Modulasi Spinal)
  2. Mengaktifkan sistem neuron penghambat (inhibitory neuronal sistem) supraspinal turun ke sel-sel sensoris (dorsal horn) medulla spinalis interneuronal pool di medulla spinalis. Metode ini dikenal dengan teori “Gate Control”. (Modulasi Spinal)
  3. Mengaktifkan sistem neurovegetatif
  4. Metode ini dapat menggunakan stimulasi elektris dengan arus frekuensi rendah misal arus 2-5 dan frekuensi menengah (arus interfernsi)). Pada prinsipnya akan merangsang nociceptive untuk pembebasan substance P yang bermanfaat sebagai vasodilatator pembuluh darah perifer sehingga akan terjadi perbaikan sistem vaskularisasi. Sedangkan untuk merangsang nociceptor dapat menggunakan energi mekanik atau energi elektrik yang dihasilkan oleh US atau arus listrik dengan pulsa yang progresif (arus 2-5, arus interferensi). Metode aplikasinya dapat dilakukan secara kombinasi antara inferensi dengan ultrasonik guna mencari titik peka rangsang yang kurang bisa dideteksi dengan arus frekuensi rendah atau arus listrik frekuensi menengah saja. Adapun titik peka rangsang dapat ditemukan di sepanjang vertebra yang dikenal dengan istilah “trigger point”. Kualitas trigger point dapat berupa allodynia, hyperaesthesia dan hyperalgesia. Aplikasi aktivasi neurovegetative dapat dilakukan dengan metode segmental somasis maupun metode segmental sympatis. (Modulasi Supra Spinal)
  5. Memperbaiki proses peradangan (Modulasi Perifer/Receptor)Pada dasarnya setiap peradangan akan terjadi kerusakan jaringan collagen, sehingga untuk memperbaiki regenerasi jaringan collagen perlu mengetahui fase penyembuhan cedera/lesi jaringan lunak, yang meliputi:

  • Fase kerusakan jaringan
  • Fase perdarahan
  • Fase peradangan
  • Fase regenerasi
  • Fase prolferasi, produksi, remondelling? sembuh

Penggunaan arus frekuensi tinggi (US, SWD) sangat membantu pada setiap fasem proses stimulasi termal-altermal secara lokal, regional maupun segmental
Selain itu pada penggunaan US dan atau SWD, kita harus selalu memperhatikan aktualitas dan suatu kondisi.
Pada aplikasi elektroterapi, perlu memahami minimal 3 (tiga) aspek yaitu :
i. Aspek teknis yang berliubungan dengan fisika dasar dari alat elektrbterapi yang digunakan.
ii. Aspek spesifikasi jaringan yang hendak diterapi, untuk menentukan indikasi dan kontra indikasi serta dosis penatalaksanaan terapi.
iii. Aspek pathogenesis dari suatu lesi atau kelainan yang bertujuan untuk menentukan dosis terapi.

Artikel asli lengkap dengan Gambar silakan rujuk di www.fisiosby.com

jurnal fisioterapi : http://jurnal-fisioterapi.blogspot.com/2012/08/elektrotherapy-pada-nyeri-bahu.html

Obat Alami Nyeri Sendi

Nyeri sendi adalah penyakit yang biasa muncul pada usia 45 tahun keatas terutama pada wanita. Nyeri sendi diakibatkan oleh peradangan yang terjadi pada tulang-tulang rawan sendi. Ada berbagai macam radang sendi, namun, yang paling sering terjadi adalah osteoartritis.  Osteoartritis  adalah penyakit kronis yang menyerang tulang rawan sendi & jaringan di sekitarnya dengan gejala nyeri, kaku, & hilangnya fungsi dari sendi.

Daftar Obat Alami Nyeri Sendi



obat alami nyeri sendiBerikut ini beberapa daftar obat alami yang dimanfaatkan untuk obat nyeri sendi.
1. Minyak hati ikan cod, asam omega-3 yang terkandung pada minyak hati ikan cod memiliki manfaat untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan akibat radang sendi.
2. Rendaman air hangat dan garam, hal ini akan membantu memperlancar aliran darah dan membantu meringankan rasa nyeri sendi.
3. Buah pisang baik untuk nyeri sendi karena akan membantu dalam melumasi sendi dan kaya akan kalium dan vitamin B6 yang mampu mengurangi rasa nyeri
4. Bawang putih, bahan aktif dari bawang putih adalah senyawa sulfur yang tidak hanya menghambat peradangan sendi tapi juga merangsang sintesis protein yang disebut kolagen.
5. Madu terkenal kuat untuk memerangi peradangan dalam tubuh, dapat menangani rasa sakit dan peradangan yang terkait dengan radang sendi
6. Kayu manis dikenal karena kemampuannya untuk menghambat peradangan dalam tubuh dengan menghilangkan radikal bebas dan racun yang menumpuk di dalam dan sekitar sendi dan meringankan rasa sakit, pembengkakan dan kekakuan pada sendi.
7. Biasakan makan makanan bergizi yang mengandung omega-3 dan vitamin dan cukup minum air putih
Apabila berat badan berlebih ada baiknya untuk menurunkan berat badan agar tulang sendi tidak menerima beban yang terlalu berat.
      Periksa dan konsulatasi kedokter untuk mendapatkan kepastian tentang penyakit yang anda derita. menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat dapat menjadi pilihan yang baik untuk terhindar dari penyakit.
      Artikel kesehatan dan tips kecantikan : http://infosehatdancantik.blogspot.com/2012/10/obat-alami-nyeri-sendi.html