Tak Bisa Membedakan Khayalan dan Kenyataan
Berikut adalaha percakapan yang saya kutip dari media tentang konsep kesehatan jiwa dengan dr. TEDDY HIDAYAT, SpKJ (Psikiater)
Pengasuh yang terhormat,
Keponakan saya, sebut saja AA, usia 23 tahun, belum menikah. Pendidikan terakhir SMU kelas tiga tinggal di kawasan Bandung Barat. Sejak Januari 2003 mulai sering terlihat bengong dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan serta menuntut minta diperhatikan oleh keluarga. AA bercerita pada teman-teman dan keluarganya bahwa dirinya pernah ke Jepang, menikah dengan bintang film dan punya anak di Paris. Ia mengatakan punya uang di bank sebanyak 2 miliar, menuduh anak gadis tetangga rumah yang dianggapnya sebagai pacar telah menjalin hubungan dengan pria lain.
Bulan Juni 2004, AA mulai mudah tersinggung, cemburu dan iri pada adiknya yang telah berhasil meraih prestasi tinggi di sekolahnya. Pada bulan Agustus 2004, AA dibawa berobat ke sebuah pesantren, keluarga dilarang menengok selama 3 bulan. Baru berjalan satu bulan setengah keluarga memaksa bertemu, ternyata kondisi AA makin menurun; tubuh kurus, kulit penuh koreng dan rambut panjang tidak terurus. Sejak itu AA dibawa kembali pulang ke rumah dirawat dan diberi pengobatan alternatif (pijat dan jamu). Sejak pulang dari pesantren AA semakin tidak mengenal keluarganya, buang air besar di celana dan buang air kecil di mana-mana. Ia tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi dan berpakaian semuanya harus dibantu.
Pada Oktober 2004 AA pergi ke luar rumah sendirian tanpa sepengetahuan orang tuanya, beberapa hari menggelandang dan akhirnya ditemukan kembali dalam keadaan kebingungan dan bicaranya kacau. AA kemudian dibawa dan dirawat di RS, diobati dengan 3 macam obat Resperidone, Triheksiphenidil dan CPZ. Sekarang AA telah 3 bulan tinggal di rumah, makan obat teratur dan sudah tidak terlihat lagi cemburu atau marah-marah. Tetapi sebaliknya menjadi jarang bicara, pendiam, pemalu, jarang ke luar kamar, banyak melamun dan menghindar dari pergaulan sosial.
Pertanyaan saya:
- Gangguan apa yang dialami AA ?- Bagaimana cara agar AA mau bersosialisasi ?
- Bagaimana upaya meningkatkan fungsi sosial penderita ?
Atas perhatian dan jawaban Dokter, Saya ucapkan terima kasih yang tidak terhingga dan mudah-mudahan Tuhan Yang Mahakuasa akan membalas berlipat ganda.
Paman AA - Bandung
PADA AA ditemukan gangguan pola perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan kendala dalam fungsi psikososial. Dapat disimpulkan, AA mengalami suatu gangguan jiwa berat. Berdasarkan gejala-gejala dan perjalanan penyakitnya, besar kemungkinan AA menderita skizofrenia karena ditemukan adanya gejala-gejala gangguan proses berpikir yaitu gangguan bentuk pikiran tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan (pernah ke Jepang, menikah dengan bintang film dan punya anak di Paris), gangguan jalan pikiran (bicara kacau, dan sulit dimengerti) dan gangguan isi pikiran berupa waham kebesaran dan cemburu (punya uang di Bank sebanyak 2 miliar, menuduh anak gadis tetangga rumah yang dianggapnya sebagai pacar telah menjalin hubungan dengan pria lain). Selain itu gejala-gejala tadi telah berlangsung lebih dari satu bulan lamanya.
Penderita skizofrenia sering mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi sosial, menghadapi masalah yang berhubungan dengan keterampilan interpersonal, memiliki keterampilan sosial yang buruk dan mengalami defisit fungsi kognitif. Sehingga akhirnya penderita mengalami isolasi sosial (menarik diri, tidak mau bergaul, menghindar untuk berhubungan dengan orang lain) yang menyebabkan kualitas hidup penderita menjadi buruk. Hatfield (1998) mengatakan, sekira 72% penderita skizofrenia mengalami isolasisosial dan 64% tidak mampu memelihara diri (makan mandi dan berpakaian harus dibantu).
Keterampilan sosial penderita buruk, umumnya disebabkan karena onset dini penyakitnya, penilaian yang salah terhadap interaksi sosial, kecemasan yang tinggi dan gangguan pemrosesan informasi. Untuk meningkatkan keterampilan sosial, penderita perlu mendapatkan pelatihan, baik secara individu maupun kelompok setelah mengalami remisi, sebagian atau penuh dari gejalanya. Penderita diminta untuk memberi respons terhadap suatu masalah atau situasi tertentu, misalnya saat berkomunikasi harus menatap orang yang diajak bicara agar ia tahu bahwa kita serius.
Untuk mendapatkan topik pembicaraan yang akrab adalah dengan memerhatikan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain. Melakukan bermain peran (role play). Contoh "Saya ingin berbicara dengan gadis itu, gadis itu sedang duduk sambil merajut. Saya dapat memulai pembicaraan dengan topik merajut". Bila penderita telah melakukan role play dengan baik berilah umpan balik dan dorongan sosial. Contoh, "Kamu telah melaksanakan role play yang baik, kamu telah mengungkapkan keinginanmu dengan jelas dan menatap mata saya ketika kamu bicara". Peragakan respons yang sesuai untuk satu masalah situasi tertentu kemudian penderita diberi tugas berlatih mempraktikkan hal-hal yang telah dipelajari. Selanjutnya latihan dilakukan dalam lingkungan masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan model pemecahan masalah sosial. Dalam pelatihan, penderita melaksanakan proses pembelajaran melalui modul-modul pelatihan untuk mencapai target tertentu berupa:
Manajemen medikasi
Mendapatkan informasi mengenai manfaat pengobatan antipsikotik yaitu : Mengetahui cara pemkaian obat antipsikotik secara tepat, Mengenal efek yang tidak menguntungkan dari pengobatan, Membicarakan masalah pengobatan dengan petugas kesehatan
Manajemen gejala
Mengidentifikasi secara dini tanda-tanda kekambuhan yaitu : Mengenalitanda-tanda kekambuhan, Mengembangkan rencana pencegahan relaps, Coping terhadap gejala psikotik yang menetap, Menghindari alkohol dan obat terlarang
Rekreasi
Mengidentifikasi manfaat rekreasi yaitu : Memberi informasi kegiatan rekreasi- Menemukan hal-hal yang perlu untuk rekreasi, Melaksanakan kegiatan rekreasi secara berkala
Percakapan dasar
Melatih keterampilan mendengar secara aktif yaitu : Memulai percakapan, Memelihara percakapan, Mengakhiri percakapan, Melakukan percakapan bersama
Pemeliharaan diri
Kebersihan dan perawatan diri seperti Berpakaian, Merawat lingkungan tempat tinggal, Makan dan minum teratur, Pengaturan keuangan, Mencari pekerjaan
Selain upaya latihan tersebut di atas, penderita sebaiknya menjalani latihan untuk memperbaiki fungsi kognitifnya. Misal penderita duduk menghadap layar komputer kemudian mendapatkan instruksi mengulangi bermacam-macam percobaan dalam hal kewaspadaan, daya ingat, waktu reaksi, diskriminasi atau tugas-tugas konsep. Untuk memperbaiki gejala psikotik (waham, halusinasi dan gejala negatif) dikembangkan pelatihan dengan menggunakan strategi coping - cognitive, misal distraksi (mendengar musik melalui walkman ketika timbul halusinasi), tes realita untuk gangguan waham dan tantangan verbal.
Melalui pelatihan semacam ini diharapkan penderita skizofrenia mampu meningkatkan kemampuan adaptasisosial, melakukan hubungan interpersonal yang lebih baik dan melakukan pemeliharaan diri tanpa bantuan orang lain. Selain itu juga bisa mengenal dan memahami manajemen gejala penyakit serta menguasai manajemen medikasi sehingga dapat mengoptimalkan kualitas hidup penderita skizofrenia.***
Nah kawan itu tadi kutipan percakapannya, nah gimana udah jelas ya penjelasannya, em lain waktu tak posting lagi khusus untuk kumpulan askepnya. Okeh...tunggu ya....